Telefon saya tetap diam, kecuali pesan iklan atau darurat. Tidak ada yang menelepon, tidak ada yang menulis. Hidup saya berkurang menjadi perjalanan harian yang monoton antara rumah dan pekerjaan, tanpa kejutan atau ide baru.
Lingkaran sosial saya begitu terbatas sehingga saya hampir tidak mengenal siapa pun di luar rekan kerja saya. Sifat saya menjadi semakin mudah marah, tetapi saya hanya bisa melampiaskan frustrasi saya kepada diri sendiri.
Saya tidak memiliki hasrat atau hobi yang membuat saya bersemangat, sehingga hari-hari saya menjadi membosankan dan berulang. Saya bekerja di sesuatu yang mediocre, tanpa prospek untuk berkembang atau naik pangkat secara profesional.
Denting nafas telah menjadi bagian dari bahasa sehari-hari saya, saya hidup terganggu oleh ketidakpastian dan ketakutan akan masa depan. Saya tidak berani mencoba hal-hal baru karena takut gagal, saya menjadi keras kepala.
Seiring waktu, saya mengabaikan penampilan dan kebiasaan saya. Saya merasakan kekosongan batin yang hanya saya coba isi dengan menghabiskan waktu berjam-jam menatap ponsel tanpa tujuan.
Saya menghindari menghadapi masalah dan kekurangan keberanian untuk memikul tanggung jawab. Saya hidup tanpa tujuan yang jelas, tenggelam dalam kebingungan. Kosakata saya menjadi semakin miskin, kekurangan pendidikan dasar.
Kehidupan emosional saya berantakan: saya selalu sendiri atau tidak mampu menjaga hubungan intim yang sehat. Kesehatan saya memburuk, tetapi saya mengabaikan cara merawat diri atau berolahraga.
Dan untuk melengkapi gambaran ini, saya tidak memiliki tabungan. Saya selalu kekurangan uang, hidup dalam ketidakpastian ekonomi yang terus-menerus.
Apakah saya mengenali diri saya dalam salah satu ciri ini? Mungkin saatnya untuk memikirkan kembali jalan hidup saya.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
16 ciri pria yang gagal
Telefon saya tetap diam, kecuali pesan iklan atau darurat. Tidak ada yang menelepon, tidak ada yang menulis. Hidup saya berkurang menjadi perjalanan harian yang monoton antara rumah dan pekerjaan, tanpa kejutan atau ide baru.
Lingkaran sosial saya begitu terbatas sehingga saya hampir tidak mengenal siapa pun di luar rekan kerja saya. Sifat saya menjadi semakin mudah marah, tetapi saya hanya bisa melampiaskan frustrasi saya kepada diri sendiri.
Saya tidak memiliki hasrat atau hobi yang membuat saya bersemangat, sehingga hari-hari saya menjadi membosankan dan berulang. Saya bekerja di sesuatu yang mediocre, tanpa prospek untuk berkembang atau naik pangkat secara profesional.
Denting nafas telah menjadi bagian dari bahasa sehari-hari saya, saya hidup terganggu oleh ketidakpastian dan ketakutan akan masa depan. Saya tidak berani mencoba hal-hal baru karena takut gagal, saya menjadi keras kepala.
Seiring waktu, saya mengabaikan penampilan dan kebiasaan saya. Saya merasakan kekosongan batin yang hanya saya coba isi dengan menghabiskan waktu berjam-jam menatap ponsel tanpa tujuan.
Saya menghindari menghadapi masalah dan kekurangan keberanian untuk memikul tanggung jawab. Saya hidup tanpa tujuan yang jelas, tenggelam dalam kebingungan. Kosakata saya menjadi semakin miskin, kekurangan pendidikan dasar.
Kehidupan emosional saya berantakan: saya selalu sendiri atau tidak mampu menjaga hubungan intim yang sehat. Kesehatan saya memburuk, tetapi saya mengabaikan cara merawat diri atau berolahraga.
Dan untuk melengkapi gambaran ini, saya tidak memiliki tabungan. Saya selalu kekurangan uang, hidup dalam ketidakpastian ekonomi yang terus-menerus.
Apakah saya mengenali diri saya dalam salah satu ciri ini? Mungkin saatnya untuk memikirkan kembali jalan hidup saya.