Peristiwa 'bunga yang tidak layu' di Wall Street pada tahun 2006 masih menjadi bayang-bayang bagi banyak investor hingga kini. Dalam peristiwa ini, seorang trader terkenal kehilangan 6,6 miliar USD dalam waktu singkat 10 hari karena strategi selisih harga gas alam yang gagal, yang mengakibatkan kebangkrutan dana. Tragedi ini kini terus terulang di pasar mata uang digital, sering kali dengan cara yang lebih tragis.
Banyak investor keliru mengira bahwa beberapa strategi dapat menghasilkan keuntungan tanpa risiko, padahal ini mungkin adalah jebakan yang membawa mereka ke jurang. Seperti seorang trader Wall Street yang pernah mendapatkan keuntungan besar dengan memprediksi dampak badai terhadap harga gas alam, yang kemudian menganggapnya sebagai strategi yang pasti menguntungkan, bahkan mempertaruhkan lebih dari setengah aset dana di dalamnya. Ini mirip dengan para investor di pasar cryptocurrency yang bertaruh pada satu jalur atau tetap berpegang pada satu jenis koin. Mereka melihat orang lain mendapatkan imbal hasil yang besar melalui strategi tertentu dan berpikir mereka juga bisa meniru kesuksesan itu, tanpa menyadari bahwa pasar dipenuhi ketidakpastian—mungkin karena kebijakan regulasi baru, atau mungkin proyek tersebut tiba-tiba kabur, sehingga strategi yang tampaknya solid itu runtuh dalam sekejap.
Satu kesalahan berbahaya lainnya adalah berpikir bahwa posisi yang cukup besar dapat mengendalikan pasar. Namun, posisi yang terlalu besar justru dapat menjadi belenggu bagi diri sendiri. Ketika arah pasar berbalik, posisi yang sangat besar mungkin sulit untuk dilikuidasi dengan cepat, mengakibatkan siklus jahat di mana semakin banyak yang dijual semakin jatuh, dan semakin jatuh semakin merugikan. Di pasar mata uang digital, situasi ini lebih umum. Banyak investor menggunakan leverage secara berlebihan, berpikir bahwa fluktuasi kecil tidak perlu ditakuti, tanpa menyadari bahwa satu fluktuasi harga kecil dapat memicu likuidasi. Lebih parah lagi, ada yang berfantasi bisa menghadapi fluktuasi pasar dengan posisi besar, tetapi mengabaikan karakteristik perdagangan 24 jam di pasar mata uang digital, di mana dalam kondisi likuiditas yang tiba-tiba menurun, bahkan posisi yang besar sekalipun bisa lenyap dalam sekejap.
Pelajaran ini jelas memberi peringatan kepada kita, baik di pasar keuangan tradisional maupun di bidang mata uang digital yang sedang berkembang, bahwa kepercayaan diri yang berlebihan dan mengabaikan risiko dapat mengakibatkan konsekuensi yang bencana. Para investor harus selalu tetap waspada, secara rasional mengevaluasi setiap keputusan investasi, dan selalu memperhatikan perubahan pasar untuk menghindari mengulangi kesalahan yang sama.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
17 Suka
Hadiah
17
7
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
PhantomMiner
· 3jam yang lalu
Begitu banyak suckers masih belum belajar dari pelajaran.
Lihat AsliBalas0
PancakeFlippa
· 10jam yang lalu
Sabar menunggu likuidasi besar
Lihat AsliBalas0
RugpullAlertOfficer
· 10jam yang lalu
suckers play people for suckers dan jadi mahir
Lihat AsliBalas0
PebbleHander
· 11jam yang lalu
Investor ritel benar-benar tidak belajar dari pengalaman?
Peristiwa 'bunga yang tidak layu' di Wall Street pada tahun 2006 masih menjadi bayang-bayang bagi banyak investor hingga kini. Dalam peristiwa ini, seorang trader terkenal kehilangan 6,6 miliar USD dalam waktu singkat 10 hari karena strategi selisih harga gas alam yang gagal, yang mengakibatkan kebangkrutan dana. Tragedi ini kini terus terulang di pasar mata uang digital, sering kali dengan cara yang lebih tragis.
Banyak investor keliru mengira bahwa beberapa strategi dapat menghasilkan keuntungan tanpa risiko, padahal ini mungkin adalah jebakan yang membawa mereka ke jurang. Seperti seorang trader Wall Street yang pernah mendapatkan keuntungan besar dengan memprediksi dampak badai terhadap harga gas alam, yang kemudian menganggapnya sebagai strategi yang pasti menguntungkan, bahkan mempertaruhkan lebih dari setengah aset dana di dalamnya. Ini mirip dengan para investor di pasar cryptocurrency yang bertaruh pada satu jalur atau tetap berpegang pada satu jenis koin. Mereka melihat orang lain mendapatkan imbal hasil yang besar melalui strategi tertentu dan berpikir mereka juga bisa meniru kesuksesan itu, tanpa menyadari bahwa pasar dipenuhi ketidakpastian—mungkin karena kebijakan regulasi baru, atau mungkin proyek tersebut tiba-tiba kabur, sehingga strategi yang tampaknya solid itu runtuh dalam sekejap.
Satu kesalahan berbahaya lainnya adalah berpikir bahwa posisi yang cukup besar dapat mengendalikan pasar. Namun, posisi yang terlalu besar justru dapat menjadi belenggu bagi diri sendiri. Ketika arah pasar berbalik, posisi yang sangat besar mungkin sulit untuk dilikuidasi dengan cepat, mengakibatkan siklus jahat di mana semakin banyak yang dijual semakin jatuh, dan semakin jatuh semakin merugikan. Di pasar mata uang digital, situasi ini lebih umum. Banyak investor menggunakan leverage secara berlebihan, berpikir bahwa fluktuasi kecil tidak perlu ditakuti, tanpa menyadari bahwa satu fluktuasi harga kecil dapat memicu likuidasi. Lebih parah lagi, ada yang berfantasi bisa menghadapi fluktuasi pasar dengan posisi besar, tetapi mengabaikan karakteristik perdagangan 24 jam di pasar mata uang digital, di mana dalam kondisi likuiditas yang tiba-tiba menurun, bahkan posisi yang besar sekalipun bisa lenyap dalam sekejap.
Pelajaran ini jelas memberi peringatan kepada kita, baik di pasar keuangan tradisional maupun di bidang mata uang digital yang sedang berkembang, bahwa kepercayaan diri yang berlebihan dan mengabaikan risiko dapat mengakibatkan konsekuensi yang bencana. Para investor harus selalu tetap waspada, secara rasional mengevaluasi setiap keputusan investasi, dan selalu memperhatikan perubahan pasar untuk menghindari mengulangi kesalahan yang sama.