Apa Pelanggaran Keamanan Crypto Terbesar dan Apa Pelajaran yang Bisa Kita Ambil dari Kejadian Tersebut?

10/19/2025, 9:26:16 AM
Telusuri pelanggaran keamanan kripto terbesar dan dampaknya. Pelajari kerentanan smart contract, serangan jaringan yang signifikan terhadap Gate dan platform DeFi, serta risiko layanan kustodian. Pahami bagaimana insiden-insiden tersebut menegaskan kebutuhan akan protokol keamanan canggih dan solusi self-custody. Cocok untuk manajer keamanan, pimpinan bisnis, dan analis risiko.

Kerentanan smart contract: Lebih dari $3 miliar hilang akibat peretasan besar sejak 2016

Kerentanan smart contract kini menjadi perhatian utama dalam ekosistem cryptocurrency, dengan dampak finansial yang sangat merugikan. Sejak 2016, industri ini telah menanggung kerugian lebih dari $3 miliar akibat peretasan besar yang memanfaatkan kelemahan smart contract. Tren yang mengkhawatirkan ini menyoroti urgensi peningkatan keamanan dan proses audit mendalam dalam pengembangan smart contract.

Besarnya dampak peretasan tercermin dari sejumlah insiden paling besar berikut:

Tahun Peretasan Kerugian (USD)
2016 The DAO $60 juta
2018 Coincheck $534 juta
2021 Poly Network $611 juta
2022 Ronin Network $625 juta

Kasus-kasus besar ini hanya sebagian kecil dari total kerugian yang terjadi. Kompleksitas smart contract yang terus meningkat, dipadukan dengan pesatnya pertumbuhan platform decentralized finance (DeFi), menciptakan peluang lebih besar bagi eksploitasi. Seiring LAB token, infrastruktur trading multi-chain, mengintegrasikan berbagai fitur perdagangan, sangat penting bagi proyek seperti LAB untuk memprioritaskan keamanan yang tangguh dan audit rutin demi melindungi dana pengguna serta menjaga kepercayaan ekosistem.

Serangan jaringan: Insiden besar yang menyasar exchange dan platform DeFi

Industri cryptocurrency telah menghadapi sejumlah serangan jaringan besar yang menargetkan exchange dan platform DeFi dalam beberapa tahun terakhir. Insiden-insiden ini menyoroti tantangan keamanan yang terus dihadapi sektor ini. Salah satu contohnya adalah peretasan Poly Network pada Agustus 2021, di mana penyerang memanfaatkan kelemahan protokol cross-chain, berhasil mencuri lebih dari $600 juta dalam berbagai cryptocurrency. Pada peristiwa besar lainnya, Ronin Network—pendukung game blockchain Axie Infinity—mengalami pelanggaran besar pada Maret 2022, yang mengakibatkan pencurian sekitar $625 juta dalam bentuk Ethereum dan USDC. Serangan-serangan tersebut menegaskan pentingnya penerapan keamanan yang kuat dan kewaspadaan berkelanjutan di dunia crypto yang terus berkembang. Seiring pertumbuhan industri, pelaku peretasan pun semakin canggih, sehingga dibutuhkan protokol keamanan mutakhir dan strategi respons insiden yang lebih baik. Proyek LAB, dengan infrastruktur trading multi-chain dan AI research engine, berupaya menghadirkan solusi atas tantangan ini melalui eksekusi berperforma tinggi serta strategi yang dapat diimplementasikan di berbagai platform trading.

Risiko sentralisasi: Bahaya ketergantungan pada layanan kustodian

Sentralisasi exchange cryptocurrency menimbulkan risiko besar bagi pengguna. Layanan kustodian, meski menawarkan kemudahan, membuat pengguna harus melepaskan kontrol atas private key mereka. Model terpusat ini menciptakan satu titik kegagalan, sehingga exchange rentan terhadap peretasan, penipuan internal, dan tekanan regulasi. Sejarah terbaru memperlihatkan bahaya model tersebut, dengan banyaknya exchange besar yang kolaps dan pelanggaran keamanan yang menyebabkan kerugian besar bagi pengguna. Sebagai contoh, LAB token yang kini berada di peringkat ke-1.170 dengan kapitalisasi pasar sebesar $14.188.584, berisiko jika disimpan di platform terpusat. Volume perdagangan LAB selama 24 jam terakhir sebesar $5.477.967 menunjukkan aktivitas pengguna yang tinggi, sehingga banyak trader berpotensi terpapar risiko sentralisasi. Selain itu, riwayat harga LAB yang fluktuatif—naik 74,53% dalam seminggu terakhir namun turun 27,7% dalam 24 jam terakhir—menandakan pentingnya pengguna untuk tetap memegang kendali langsung atas aset mereka di tengah volatilitas pasar. Untuk meminimalkan risiko tersebut, investor sebaiknya mempertimbangkan alternatif non-kustodian dan mengutamakan solusi self-custody agar tetap memiliki kepemilikan dan kontrol penuh atas aset digital mereka.

* Informasi ini tidak bermaksud untuk menjadi dan bukan merupakan nasihat keuangan atau rekomendasi lain apa pun yang ditawarkan atau didukung oleh Gate.