Mekanisme burn 1% pada token OPEN merupakan strategi untuk menciptakan kelangkaan dan berpotensi meningkatkan nilai token dari waktu ke waktu. Langkah deflasi ini secara permanen menghapus 1% token dari peredaran, sehingga total pasokan berkurang dan permintaan dapat meningkat. Mekanisme burn ini dirancang untuk memberikan keuntungan kepada pemegang token jangka panjang melalui potensi peningkatan nilai token yang dimiliki.
Untuk memperjelas dampak burn token, berikut perbandingan pendekatan OPEN dengan beberapa cryptocurrency lain:
| Token | Mekanisme Burn | Frekuensi | Dampak terhadap Pasokan |
|---|---|---|---|
| OPEN | Burn 1% | Berkelanjutan | Pengurangan bertahap |
| Token A | Burn triwulanan | Setiap 3 bulan | Pengurangan berkala |
| Token B | Burn manual | Ad-hoc | Pengurangan sporadis |
Burn 1% secara berkelanjutan pada OPEN memberikan tekanan deflasi konsisten, berbeda dengan token lain yang memiliki jadwal burn kurang sering atau tidak teratur. Pendekatan ini bertujuan menciptakan pengurangan pasokan yang stabil, sehingga bisa menambah kelangkaan dan berpotensi meningkatkan nilai token.
Namun, penting untuk diingat bahwa burn token saja tidak menjamin kenaikan harga. Keberhasilan jangka panjang OPEN dipengaruhi banyak faktor, termasuk adopsi pasar, utilitas, dan permintaan secara keseluruhan. Mekanisme burn harus dilihat sebagai bagian dari strategi tokenomics menyeluruh untuk menjaga keseimbangan antara kelangkaan dan utilitas, mendukung pertumbuhan berkelanjutan, serta menciptakan nilai bagi ekosistem OPEN.
Distribusi token merupakan aspek penting dalam proyek cryptocurrency, karena menentukan alokasi total pasokan token ke berbagai pemangku kepentingan. Berdasarkan pedoman tokenomics 2025, model distribusi yang seimbang umumnya meliputi porsi untuk tim inti, investor, dan komunitas yang lebih luas. Pendekatan ini memastikan keselarasan kepentingan dan keberlanjutan jangka panjang proyek.
Tabel berikut menunjukkan contoh pembagian distribusi token:
| Pemangku Kepentingan | Rentang Alokasi |
|---|---|
| Tim Inti | 18-20% |
| Investor | 12-18% |
| Treasury/Cadangan | 20-25% |
| Ekosistem/Komunitas | 35-45% |
| Penjualan Publik | 1-5% |
| Penasihat & Mitra | 1-3% |
Model distribusi ini mencerminkan tren partisipasi komunitas yang semakin besar, dengan alokasi 35-45% untuk pengembangan ekosistem dan insentif komunitas. Alokasi 18-20% untuk tim inti memastikan komitmen mereka pada kesuksesan proyek, sementara porsi investor sebesar 12-18% menyediakan modal tanpa menyebabkan konsentrasi kepemilikan berlebihan. Cadangan treasury 20-25% memungkinkan pengembangan lebih lanjut dan penanganan kebutuhan masa depan. Kini, banyak proyek menerapkan jadwal vesting berbasis pencapaian, di mana token dilepas berdasarkan target yang tercapai, bukan sekadar waktu. Pendekatan ini mendorong penciptaan nilai jangka panjang dan menyelaraskan kepentingan seluruh pemangku kepentingan secara optimal.
Token governance berperan penting dalam mendorong kepemilikan token jangka panjang di ekosistem terdesentralisasi. Dengan memberikan hak suara dan wewenang dalam pengambilan keputusan, token ini memotivasi pengguna untuk mempertahankan kepemilikan mereka dan berpartisipasi aktif dalam tata kelola proyek. Mekanisme ini memperkuat rasa kepemilikan dan keselarasan antara pemegang token dengan kesuksesan jangka panjang proyek. Sebagai contoh, token MKR milik MakerDAO memungkinkan pemegangnya memilih parameter penting yang mempengaruhi stablecoin DAI, sehingga dapat menentukan arah protokol di masa depan.
| Aspek | Pemegang Jangka Pendek | Pemegang Jangka Panjang |
|---|---|---|
| Hak Suara | Terbatas | Lebih besar |
| Pengaruh terhadap Protokol | Rendah | Tinggi |
| Potensi Imbalan | Minimal | Lebih besar |
Pemegang token jangka panjang umumnya memperoleh hak suara lebih besar dan akses ke imbalan tambahan, seperti manfaat staking atau airdrop. Struktur ini tidak hanya memperkuat stabilitas ekosistem, tetapi juga membantu mengurangi risiko spekulasi jangka pendek. Selain itu, hak tata kelola memungkinkan pemegang token menentukan arah proyek, sehingga dapat meningkatkan nilai token mereka dalam jangka panjang. Seperti yang ditunjukkan proyek OpenLedger, token governance sangat penting dalam mendorong transisi AI dari sistem tertutup dan terpusat ke kerangka kerja yang terbuka, dapat diaudit, dan terdesentralisasi, serta mendorong inovasi dan keterlibatan pengguna di dunia blockchain.
OpenCoin melakukan rebranding menjadi Ripple Labs pada tahun 2015, fokus pada pengembangan protokol pembayaran Ripple dan mendapatkan pendanaan signifikan dari investor.
OpenCoin adalah perusahaan di balik protokol Ripple, sistem pembayaran open source terdistribusi dan cryptocurrency yang dirancang untuk memfasilitasi transaksi lintas batas secara cepat dan aman.
Open coin diciptakan oleh Chris Larsen dan Jed McCaleb, pendiri E-LOAN, Prosper, dan eDonkey.
Tidak, XRP tidak pernah disebut OpenCoin. Perusahaan di balik XRP awalnya bernama OpenCoin pada 2012, namun kemudian berganti nama menjadi Ripple Labs. Nama cryptocurrency-nya sendiri selalu XRP.
Bagikan
Konten